1. Latar Belakang
Pada awalnya kurikulum difahami sebagai sejumlah bahan pelajaran yang disusun secara logik, atau isi pengajaran yang disampaikan oleh guru. Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang mengandungi berbagai bahan pelajaran dan pengalaman belajar yang diprogramkan, dirancang secara sistemik atas dasar kelaziman atau kebiasaan yang berlaku yang dijadikan panduan dalam proses pembelajaran oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Hilda Taba (1962): kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan bahan-bahannya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Pemahaman dalam menginterpretasi makna kurikulum begitu luas. Tapi pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama iaitu tentang pengertian kurikulum pendidikan. Terdapat banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Namun pemilihan suatu model pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang diamalkan serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Salah satu model dalam pengembangan kurikulum yang terkenal ialah Model Taba.
Tujuan Penulisan
Artikel ini disusun agar dapat memberikan tambahan maklumat tentang pengembangan kurikulum model Taba khasnya guru-guru sebagai pendidik dalam kegiatan pembelajaran supaya tujuan dari kegiatan pembelajaran dapat tercapai dan lebih terarah.
Pengertian Model
Briggs (Ghafur, 1982 ; 27) mendifinisikan model sebagai suatu bentuk prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian keperluan, pemilihan media dan evaluasi.
2. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan suatu istilah yang komprehensif di dalamnya mencakupi perancangan, penerapan dan penilaian. Kerana kurikulum memiliki implikasi terhadap adanya perubahan dan penambahbaikan, maka istilah pengembangan kurikulum ada ketikanya juga disamakan dengan istilah penambahbaikan kurikulum (curriculum improvement). Sungguhpun pada banyak keadaan penambahbaikan itu merupakan kesan dari adanya pengembangan (Oliva, 1992 ; 26).
3. Model pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulum itu adalah gambaran sistematik mengenai prosedur yang ditempuh dalam melakukan aktiviti pengembangan kurikulum. iaitu proses merancang, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum, dimana inti dari aktiviti ini sebenarnya adalah pengambilan keputusan tentang apa, mengapa dan bagaimana kompenen – kompenen kurikulum yang akan dibuat.
2. Model – Model Pengembangan Kurikulum
1. The Administrative model
Merupakan model paling awal dan paling banyak digunakan. Diberi nama model administratif atau line staff kerana inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para pentadbir pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
2. Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan 5 hal di dalam pengembangan suatu kurikulum :
i. Menetapkan arena atau lingkungan wilayah untuk membuat keputusan
ii. Menetapkan kakitangan
iii. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
iv. Implementasi kurikulum
v. Evaluasi kurikulum
3. The Grass Roots Model
Model pengembangan ini merupakan kontra dari model administratif. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari bawah, iaitu guru-guru atau sekolah.
4. Rogers Interpersonal Relations Model
Rogers bukan seorang ahli pendidikan (ia ahli psikologi atau psikoterapi) tetapi konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Ada 4 langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
i. pemilihan halatuju dari sistem pendidikan.
ii. peranan guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
iii. pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
iv. peranan ibubapa dalam kegiatan kelompok.
5. The Systematic Action-research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahawa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga perkara itu : hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat serta wibawa dari pengetahuan profesional.
6. Taba’s Inverted Model
Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba :
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru.
b. Menguji unit eksperimen.
c. Menjalankan semakan dan penggabungan.
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
e. Pelaksanaan dan Penyebaran.
3. Model Pengembangan Kurikulum Taba
Kurikulum Taba adalah salah satu model pengembangan kurikulum yang digagas oleh Hilda Taba. Model pengembangan kurikulum ini dibuat dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah:
Step 1 : Diagnosa kebutuhan
Step 2 : formulasi pokok-pokok
Step 3 : Seleksi isi
Step 4 : Organisasi isi
Step 5 : Seleksi pengalaman belajar
Step 6 : Organisasi pengalaman belajar
Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara melakukannya
Taba mengklaim bahwa keputusan keputusan-keputusan pada elemen mendasar harus dibuat valid. Kriteria mungkin berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan tekanan sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada.
Agar kurikulum menjadi berguna pada pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah penting mediagnosis berbagai kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah kedua yakni, formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang komprehensif untuk membentuk dasar pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan menentukan jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti.
Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realiti meskipun untuk tujuan mempelajari kurikulum. Taba membedakan diantara keduanya, untuk menggunakan langkah-langkah ini pendidik perlu menformulasikan dulu tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara mendalam terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan dengan tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar tertentu, strategi konsep yang dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk mengonsepkan dan merencanakan berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan kedalam Rational Model atau Objectives Model.
Kelebihan dari model Taba dan model Tyler ini yakni, Rational Model yang logis strukturnya menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam perencanaan dan pemikiran kurikulum. Model ini telah menghindari kebingungan, sebuah tugas yang susah dari perspektif kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum yang bekerja dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan yang tidak berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang efisien. Dalam mengevaluasi proses kurikulum, satu hal yang dapat diargumenkan adalah tyler dan taba telah mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan kurikulum setidaknya dari perspektif rasional.
Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu:
a. Latar belakang pengalaman dan kurangnya persiapan diri seorang pendidik untuk berpikir dan mengembangkan pemikirannya secara logis dan sistematis akan mengalami kesulitan dalam menggunakan model ini.
b. Kurang jelasnya hakikat belajar mengajar, kerana seringkali pembelajaran justru terjadi di luar tujuan-tujuan tersebut.
c. Terlalu berlebihan menekankan pada formula hasil seperti mementingkan tujuan perilaku (behavior objectives).
Kesimpulan
Kurikulum Taba adalah salah satu model pengembangan kurikulum yang dihasilkan oleh Hilda Taba dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif dan sesuai terhadap perkembangan kurikulum di berbagai sekolah agar kurikulum bersesuaian dengan pengalaman belajar murid. Adalah menjadi keutamaan kerana peri pentingnya pelaksanaan mediagnosis berbagai keperluan murid. Hal ini merupakan langkah penting pertama dari Taba. Tentang apa yang murid-murid inginkan dan perlukan untuk belajar.
Bibliografi
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jogjakarta : AR-RUZZ Media.
No comments:
Post a Comment