Teori Humanis

Kemanusiaan, paradigma yang muncul pada tahun 1960an, memberi tumpuan kepada manusia tentang kebebasan, maruah, dan potensi. Satu andaian pusat humanis, menurut Huitt (2001), adalah orang yang bertindak dengan kesedaran dan nilai-nilai. Ini berbeza dengan tanggapan behaviorisme daripada pelaziman operan (yang berpendapat bahawa semua tingkah laku adalah kesan daripada tindakbalas terhadap keperluan) dan kepercayaan ahli psikologi kognitif bahawa menimba ilmu dan pembinaan pengetahuan sebagai teras kepada pembelajaran. Penyokong-penyokong humanisme juga percaya bahawa adalah perlu untuk mengkaji orang pada keseluruhannya, terutamanya seseorang individu yang hidup, membesar dan membangun atas rentangan hayatnya. Dengan demikian, mempelajari tentang diri, motivasi, dan matlamat adalah bahagian yang penting.

Penyokong utama humanisme termasuk Carl Rogers dan Abraham Maslow. Satu tujuan utama Humanisme boleh dijelaskan sebagai merealisasikan pembangunan diri individu secara autonomi. Dalam humanis, pembelajaran berpusatkan pelajar, dan peranan pendidik adalah sebagai fasilitator. Keperluan afektif dan kognitif adalah kunci, dan matlamatnya adalah untuk membangunkan diri individu dengan merealisasikannya secara kerjasama dalam persekitaran yang menyokong.

Pengertian Humanisme
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sudut perkembangan keperibadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian iaitu bagaimana dirinya terdorong untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut mempunyai kaitan yang dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karakteristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan demi kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini bererti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optima.

2. Ciri-ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka miliki dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan kerana keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami persekitarannya dan dirinya sendiri. Pelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu pelajar untuk mengembangkan dirinya, iaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Ada salah satu idea penting dalam teori belajar humanisme iaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pelajar mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar pelajar tersebut dapat memahaminya. Dan juga pelajar dapat mengetahui mana, bila, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka pelajar diharapkan mendapat manfaat dan faedah dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai suatu proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bahagian/domain yang ada iaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap pelajar. Untuk itu, metod pembelajaran humanistik mengarah kepada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan pelajar. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativiti untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai pelajar.

3. Tokoh Humanisme
 Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme iaitu diantaranya :
1.Arthur Combs (1912-1999)

Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahawa belajar hanya akan terjadi apabila memberi makna kepada individu tersebut. Ini bermaksud bahawa dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan bahan yang tidak disukai oleh pelajar. Sehingga pelajar belajar sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi dirinya.

Sehingga guru harus lebih memahami perilaku pelajar dengan mencuba memahami dunia persepsi pelajar tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan yang ada pada pelajar. Perilaku internal membezakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahawa kebanyakan guru membuat kesalahan dengan berpendapat bahawa pelajar akan belajar apabila bahan pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri pelajar untuk memperoleh makna bagi pribadinya dari sumber pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

2. Abraham Maslow

Teori Maslow didasarkan pada andaian bahawa di dalam diri individu ada dua hal : i) suatu usaha yang positif untuk berkembang; ii) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahawa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi keperluan yang bersifat hirarki. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sudut lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keperluan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada ketika itu juga ia dapat menerima diri sendiri.

Maslow membahagi keinginan-keinginan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi keperluanan pertama, seperti keperluan fisiologi, barulah ia dapat menginginkan keperluan yang terletak di atasnya, ialah keperluanan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki keperluan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar murid-murid. Ia mengatakan bahawa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau keperluan asasr murid belum terpenuhi.

3.Carl Roger
Seorang psikologi humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Ada beberapa andaian asas teori Rogers adalah: Kecenderungan formatif; Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau memenuhi potensial dirinya. Tiap individu mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

4. Aplikasi dan Implikasi Humanisme
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.  Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa 
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada roh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini sesuai untuk diterapkan kepada bahan-bahan pembelajaran yang bersifat pembentukan keperibadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa bersemangat, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan cara berfikir, perilaku dan sikap atas kemahuan sendiri. Pelajar diharap akan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar peraturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Rujuk juga: http://www.kompasiana.com/akmala-04/teori-belajar-humanisme_5508e7368133118c1cb1e1fd

No comments: